MITOS DALAM NOVEL HARIMAU! HARIMAU!
KARYA MOCHTAR LUBIS
Karya : Sarwono, S.Pd.
Mr. Sarwono, S.Pd. |
Beberapa karya drama Wisran Hadi yang menyajikan kontra-mitos yang hidup
di kalangan masyarakat Melayu; novel-novel Putu Wijaya menciptakan mitos baru tentang dunia modern, tentang
keadilan, karya-karya STA dan Armin Pane
tentang keindahan dan kehidupan modern (Atmazaki, 1990:43).
Novel Harimau! Harimau
karya Mochtar Lubis sebagai karya seni yang terstruktur, terlahir seperti
tiruan (mimesis) kenyataan
sehari-hari, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik (idiologi, norma, simbol, mitos).
Terlahir dan tiruan kenyataan ini bukan hanya diartikan sebagai kenyataan
seperti dalam sejarah. Pada sejarah yang dikemukakan adalah fakta-fakta
berdasarkan episode-episode tertentu. Jadi terlahir dan tiruan diartikan sebuah
interaksi antara tiga kenyataan seperti dikemukakan oleh Plato, yang diformulasikan
oleh Muhtar Lubis dalam Novel Harimau! Harimau!
Kenyataan tersebut
meliputi kenyataan idea (dunia Ilahi)
yang bersifat absolut, kenyataan ideal
(kenyataan sehari-hari), dan kenyataan
imajinatif (kenyataan yang ada dalam cipta sastra). Pada kenyataan
kehidupan sehari-hari mitos itu ada
dan menjadi bagian dari budaya. Bahkan mitos
dalam budaya daerah di Indonesia sudah menjadi aset budaya. Satu contoh, karena
orang di pesisir selatan pulau Jawa percaya ada penguasa laut kidul, muculah
tradisi “sedekah laut.” Lalu
bagaimanakah mitos dalam novel?
Adakah mitos dalam novel
Harimau! Harimau!? Apa saja unsur-unsur mitos dalam novel Harimau! Harimau!? Apa
saja jenis-jenis mitos yang ada dalam novel tersebut? Sebelum sampai pada
jawaban di atas terlebih dahulu perlu dikemukankan pandangan-pandangan tentang mitos dalam prosa fiksi.
Berbagai pengertian
untuk mendasari apakah ada mitos dalam
novel, perlu dikemukakan berbagai
pandangan para ahli sastra. Menurut Dik Hartoko, dkk. (1986: 88-89), mitos berasal dari bahasa Yunani “mythos” yang berarti kata yang
diucapkan. Semula “mitos” dilawankan
dengan “logos”. Mitos ialah cerita seorang penyair, sedangkan logos laporan yang dapat dipercaya. Sekalipun demikian pada zaman
kuno pun dibedakan dua lapisan dalam mitos,
ialah ide yang melatarbelakangi cerita dan perwujudan naratif yang tidak perlu
ditafsirkan secara harfiah. Ditambahkan bahwa cerita mengenai dewa-dewa,
pahlawan-pahlawan dari zaman baheula. Lewat tradisi lisan yang panjang akhirnya
mengendap dalam berbagai jenis sastra (epos, tragedi, dan sebagainya), dapat
dibedakan : 1) mitos simbolis atau
spekulatif yang menafsirkan secara simbolis tata semesta alam atau tata
masyarakat; 2) mitos aetologis yang
dalam bentuk cerita menerangkan suatu praktik (larangan atau perintah, adat dan
sebagainya). Jung, dengan Psikologi Dalam serta Levi-Strauss dengan Antropologi Strukturalis memperlihatkan, bahwa mitos-mitos itu mempunyai
arti yang sangat mendalam; 3) Dalam arti luas dapat disamakan dengan sage,
cerita legendaris mengenai seorang cikal bakal atau pahlawan dari zamann
dahulu.
Mitos adalah naratif, cerita yang
dikontraskan dengan wacana dialektis, eksposisi. Mitos bersifat irasional dan intuitif, bukan uraian filosifis yang
sistematis; seperti tagedi Aeschylus dibandingkan
dengan wacana dialektis Sockrates (Rene Wellek & Austin Warren,1993:242).
Sedangkan menurut Haviland (1985:229), mitos dapat dikatakan sebagai
pandangan hidup rakyat, yaitu konsepsi yang dinyatakan tetapi implikasi tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk beluk dunia mereka.
pandangan hidup rakyat, yaitu konsepsi yang dinyatakan tetapi implikasi tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk beluk dunia mereka.
Mitos dapat dibagi menjadi beberapa jenis
sebagai berikut : 1) mitos Tentang Makhluk dengan Tuhan. Contohnya dalam Hikayat Seri Rama, Maharaja Rawana telah dibuang ke negeri Serendib dan
beliau bertapa di sana selama 12 tahun. Nabi Adam bertanya kepada Rawana, apakah hajatnya. Lalu
Rawana meminta Nabi Adam supaya memohon kepada tuhan supaya
memberi kekuasaan kepadanya menguasai empat
penjuru alam. Ini telah diperkenankan
dan Rawana menjadi maharaja yang menakluki semua dunia; 2) mitos mengenai Kerajaan (mitos Politik). Tujuan mitos
ini untuk melahirkan taat setia rakyat kepada raja. Raja dikaitkan sebagai manusia istimewa. Misalnya
dalam teks Sulalatus Salatin asal-usul raja-raja Melayu Malaka dikaitkan dengan
keturunan Raja Suran yang turun ke dasar laut; 3)
mitos Budaya; 4) mitos
Asal-Usul Pembukaan Negeri. Tujuan mitos ini untuk melahirkan taat setia rakyat kepada raja. Mitos ini menerangkan tentang sesuatu kejadian yang luar biasa;
5) mitos Alegori atau Sindiran. Dalam masyarakat Melayu lama, rakyat
tidak boleh menderhaka kepada raja dalam apa keadaan sekali pun. Oleh itu pengarang secara halus telah menyindir raja atau pemerintah melalui cerita mitos.
Cerita dalam novel Harimau! Harimau!, oleh Mochtar
Lubis dialirkan ke dalam tujuh bab. Bab satu dideskripsikan latar alam dan
dimunculkan karakteristik tokoh yang bernuansa mitos. Penampilan tujuh tokoh yaitu Pak Haji Rahmad, Wak Katok,
Sutan, Talib, Sanip, Buyung, dan Pak Balam sebagai pencari damar mengawali petualangannya sebagai lakon
dalam inti cerita ini. Pada bab dua ditemukan nuansa mitos yang paling mendominasi dari seluruh bab. Ketujuh tokoh
tersebut telah berada di hutan selama seminggu. Dalam persiapan pulang mereka
bermalam di huma Wak Hitam yang beristri
Siti Rubiah. Uraian lebih lengkap hubungi : Sarwono, S.Pd. No Hp. 08112610336, atau email : sarwo_ono69@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar